Aku pernah berdoa tentang seseorang yang bisa setia padaku, walaupun kebosanan menghantamnya datang dan pergi.

aku pernah berdoa tentang seseorang yang bisa sabar padaku, walau terkadang amarah memeluknya erat sekali.

aku pernah berdoa tentang seseorang yang bisa tersenyum padaku, walau kesedihan menyapanya lagi dan lagi.

aku pernah berdoa tentang seseorang yang bahkan tanpa berjanji bisa selalu ku percaya segala ucapannya, walau rasa ingkar selalu hadir dalam dirinya.

aku juga pernah berdoa tentang seseorang yang menginginkanku sekuat aku menginginkannya, walau rasa ingin itu hanya menjadi angan.

Aku selalu percaya akan kekuatan doa.
saat kita yakin dan meletakan harapan pada-Nya, disitulah iman menetap.

Namun, aku lupa. dalam setiap doa, aku lupa mendoakan akan diriku sendiri. aku menganggap diriku mampu dan bisa mendapatkan apa yang aku mau dengan berusaha yang di campur dengan doa.

Aku lupa, dalam usaha dan doa itu. aku yang menjalaninya. bahkan aku lupa akan doa untuk diri sendiri.

Aku tidak bisa membayangkan apa jadinya aku sekarang, bila tidak pernah mendoakan diriku sendiri.

Mencintai dunia seolah tidak akan pernah ada akhir dalam menunggu.
Sehingga setiap kehilangan yang aku tangisi panjang. dan setiap kebahagiaan yang aku sombong kan dengan lantang, sekarang hanyalah tinggal diri yang sebatang.

Aku pernah dengar seseorang berkata padaku, “Jika berdoa tentang jodohmu, doakan lah dengan lengkap dan sedetail mungkin,”.

Bahkan jika kamu bisa menyebutkan setiap helai tumpuk bola matanya yang kamu inginkan, katakanlah pada Tuhan.

Disaat diam aku selalu berpikir soal pasangan hidup, seperti apa yang aku inginkan.
Dan sekarang dalam setiap doaku, aku selalu berdoa dengan panjang dan detail. aku meminta kepada tuhan, berikanlah aku pasangan hidup (Istri) punya senyum yang selalu membuatku ingin ikut tersenyum, bisa sabar menghadapi kerumitan di dalam kepalaku. dan intinya bisa sefrekuensi lah.
mengerti satu sama lain.

Hati yang tertutup begitu rapat, sangat sudah untuk dibuka kembali. itu merupakan sebuah pekerjaan yang cukup menyita waktu. Itulah kenapa saat aku menemukan persinggahan yang begitu mendesak untuk diperhatikan, aku lebih memilih pergi menjauh. Karena aku tidak bisa didesak.

“Hati yang pernah patah, akan selamanya bengkok. aku tidak sedang mencari seseorang yang berusaha meluruskannya, aku sedang mencari seseorang yang bersedia menyakini bahwa hatiku masih bisa mencintainya dengan lurus, walaupun bentuknya sudah tidak lagi utuh,”.

Tapan, April 2024

Sephil119